Assunnah Muna Barat
Rabu, 04 Januari 2017
Rekaman Tabligh Akbar Perjalanan Abadi Setelah Kematian Ustadz Syuhada
Rekaman Tabligh AKbar di Muna Barat tanggal 2 Rabiul Tsani 1438 / 31 Desembar 2016 Bersama
Ustadz Syuhada bisa diunduh di sini
Selasa, 18 Oktober 2016
Amalan Manis Berbuah Pahit
Sesorang harus selalu waspada dengan dirinya saat ia beramal ibadah dan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla. Sebab, sebagian orang, atau bahkan diantara manusia ada yang tertipu dengan amal sholih yang ia kerjakan. Dia pun berbangga dan sombong dengan amal sholih yang telah ia tunaikan. Ia tidak punya usaha untuk mengecek dan menimbang amal sholihnya; apakah diterima di sisi Allah atau tidak. Jika amalnya diterima dan diberi ganjaran pahala dan surga, maka itulah kebaikan besar yang harus ia syukuri. Namun jika amal sholihnya ternyata tidak diterima, maka ini adalah dua kerugian: kerugian dunia dan akhirat!! Di akhirat nanti, ada orang-orang Islam yang mengalami nasib seperti nasibnya orang-orang kafir. Di dunia, ia melihat banyak amal sholih yang telah ia kerjakan, namun di akhirat pahala dan kebaikannya dihancurkan oleh Allah, akibat ulahnya sendiri. Orang seperti ini bagaikan orang yang melihat fatamorgana yang ia sangka air. Namun di saat ia mendekat, ternyata hilang dan hanya sekedar bayangan yang tidak berguna !! Allah -Ta’ala- berfirman:
ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻛَﻔَﺮُﻭﺍ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟُﻬُﻢْ ﻛَﺴَﺮَﺍﺏٍ ﺑِﻘِﻴﻌَﺔٍ ﻳَﺤْﺴَﺒُﻪُ ﺍﻟﻈَّﻤْﺂَﻥُ ﻣَﺎﺀً ﺣَﺘَّﻰ ﺇِﺫَﺍ ﺟَﺎﺀَﻩُ ﻟَﻢْ ﻳَﺠِﺪْﻩُ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻭَﻭَﺟَﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻓَﻮَﻓَّﺎﻩُ ﺣِﺴَﺎﺑَﻪُ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﺳَﺮِﻳﻊُ ﺍﻟْﺤِﺴَﺎﺏِ ( 39 ) ﺃَﻭْ ﻛَﻈُﻠُﻤَﺎﺕٍ ﻓِﻲ ﺑَﺤْﺮٍ ﻟُﺠِّﻲٍّ ﻳَﻐْﺸَﺎﻩُ ﻣَﻮْﺝٌ ﻣِﻦْ ﻓَﻮْﻗِﻪِ ﻣَﻮْﺝٌ ﻣِﻦْ ﻓَﻮْﻗِﻪِ ﺳَﺤَﺎﺏٌ ﻇُﻠُﻤَﺎﺕٌ ﺑَﻌْﻀُﻬَﺎ ﻓَﻮْﻕَ ﺑَﻌْﺾٍ ﺇِﺫَﺍ ﺃَﺧْﺮَﺝَ ﻳَﺪَﻩُ ﻟَﻢْ ﻳَﻜَﺪْ ﻳَﺮَﺍﻫَﺎ ﻭَﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳَﺠْﻌَﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟَﻪُ ﻧُﻮﺭًﺍ ﻓَﻤَﺎ ﻟَﻪُ ﻣِﻦْ ﻧُﻮﺭٍ ( 40 ) [ ﺍﻟﻨﻮﺭ 39/ ، 40 ]
“Dan orang-orang kafir, amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya; atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun”. (QS. An-Nuur : 39-40) Amalan sholih yang banyak tidak akan bermanfaat bagi orang-orang yang tidak beriman. Demikian pula bila ia beriman, namun amalannya bukan karena Allah dan pahala di negeri akhirat, maka ia juga mendapatkan kerugian dan penyesalan di akhirat. Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman:
ﻣَﺜَﻞُ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻛَﻔَﺮُﻭﺍ ﺑِﺮَﺑِّﻬِﻢْ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟُﻬُﻢْ ﻛَﺮَﻣَﺎﺩٍ ﺍﺷْﺘَﺪَّﺕْ ﺑِﻪِ ﺍﻟﺮِّﻳﺢُ ﻓِﻲ ﻳَﻮْﻡٍ ﻋَﺎﺻِﻒٍ ﻟَﺎ ﻳَﻘْﺪِﺭُﻭﻥَ ﻣِﻤَّﺎ ﻛَﺴَﺒُﻮﺍ ﻋَﻠَﻰ ﺷَﻲْﺀٍ ﺫَﻟِﻚَ ﻫُﻮَ ﺍﻟﻀَّﻠَﺎﻝُ ﺍﻟْﺒَﻌِﻴﺪُ [ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ 18/ ]
“Orang-orang yang kafir kepada Rabbnya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh”. (QS. Ibrahim : 18) Amalan mereka manis (baca: baik), namun berbuah pahit (baca: buruk). Karena, amalan mereka menjadi sia-sia dan hancur serta menjadi sebab ia merugi di akhirat. Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Katsir -rahimahullah- berkata, “Ini merupakan perumpamaan yang Allah -Ta’ala- berikan bagi amalan orang-orang kafir yang menyembah selain Allah bersama-Nya, mendustakan para rasul dan membangun amalan mereka di atas dasar yang tidak benar. Akhirnya , amalan mereka roboh dan mereka pun kehilangan sesuatu yang paling mereka butuhkan (berupa amal-amal sholih)”. [Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim (4/486-487), karya Ibnu Katsir, cet. Dar Thoibah, 1421 H] Ketahuilah bahwa di hari kiamat akan melihat amal-amal sholih diberi ganjaran. Tapi dengan syarat ia beriman, ikhlas semata-mata karena Allah dan mengikuti sunnah Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-. Jika tidak memenuhi syarat-syarat ini, maka amalannya akan hancur tidak berguna. Allah -Azza wa Jalla- berfirman:
ﻭَﻗَﺪِﻣْﻨَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﺎ ﻋَﻤِﻠُﻮﺍ ﻣِﻦْ ﻋَﻤَﻞٍ ﻓَﺠَﻌَﻠْﻨَﺎﻩُ ﻫَﺒَﺎﺀً ﻣَﻨْﺜُﻮﺭًﺍ ( 23 ) [ ﺍﻟﻔﺮﻗﺎﻥ : 23 ]
“Dan Kami datang kepada segala amal yang mereka telah kerjakan (di dunia), lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan”. (QS. Al-Furqon : 23) Di hari-hari ini, hari tersebarnya kebodohan dan kejahilan tentang agama, seorang mukmin harus waspada dan lebih perhatian dengan kualitas amal sholihnya. Sebab di hari ini banyak hal-hal yang merusak amal sholih kita dan setan juga memiliki bala tentara yang akan menipu dan memperdaya manusia agar mereka menjadi celaka. Para pembaca yang budiman, salah satu diantara makar setan adalah ia mendorong manusia melakukan amal-amal sholih. Namun di balik amal-amal sholih itu mendapatkan tendensi dunia.
Hiruk pikuknya kehidupan dunia, dan sibuknya manusia bekerja, sering membuat kebanyakan orang melalaikan tugasnya sebagai hamba Allah, yakni meninggalkan sholat dengan alasan sibuk kerja. Realita menyedihkan seperti ini banyak kita jumpai dimana-mana. Para petani sibuk dengan sawah ladangnya. Para pegawai sibuk dengan tugasnya. Para guru sibuk mengajar. Para pekerja ringan dan berat sibuk dengan pekerjaannya. Ibu rumah tangga sibuk dengan tugas rumah. Para pedagang sibuk dengan jual-belinya. Intinya, banyak diantara mereka yang terlena dengan dunia dan aktifitasnya, lalu lupa dengan sholatnya dan sujudnya di hadapan Allah. Padahal suara adzan dan waktu sholat telah tiba. Parahnya lagi, ada diantara mereka yang tidak lagi mengerjakan sholat lima waktu, bahkan sholat jum’at pun ditinggalkan sampai hampir saja kita tak mengenalnya sebagai seorang muslim, karena ia tak pernah menunaikan sholat. Realita pahit ini anda bisa lihat di pasar-pasar, mall-mall, kantor-kantor dan lainnya ; banyak diantara orang yang mengaku muslim, tapi tak sholat jum’at. Orang yang seperti ini berhak memperoleh ancaman yang disebutkan oleh Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam – dalam sabdanya:
ﻣَﻦْ ﺗَﺮَﻙَ ﺛَﻠَﺎﺙَ ﺟُﻤَﻊٍ ﺗَﻬَﺎﻭُﻧًﺎ ﺑِﻬَﺎ ﻃَﺒَﻊَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻰ ﻗَﻠْﺒِﻪِ
“Barangsiapa yang meninggalkan sholat jum’at sebanyak tiga kali, karena ia meremehkannya, maka Allah akan menutup hatinya”. [HR. Abu Dawud (no. 1052), At-Tirmidziy (no. 500), dan An-Nasa’iy (no. 1368). Hadits ini di- shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih At-Targhib (no. 727)] Seorang yang telah tertutup hatinya akan susah menerima nasihat, dan tidak akan mendapatkan hidayah. Bahkan terkadang nasihat dianggap celaan, kebaikan dianggap keburukan; atau sebaliknya. Orang yang suka meninggalkan sholat jum’at dan sibuk dengan urusan dirinya akan mudah terseret menuju lembah kemunafikan. Inilah yang disinyalir oleh Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam – dalam sebuah sabdanya:
ﻣَﻦْ ﺗَﺮَﻙَ ﺍﻟْﺠُﻤْﻌَﺔَ ﺛَﻼَﺛًﺎ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﻋُﺬْﺭٍ ﻓَﻬُﻮَ ﻣُﻨَﺎﻓِﻖٌ
“Barangsiapa yang meninggalkan sholat jum’at sebanyak tiga kali, tanpa ada udzur, maka ia adalah munafik”. [HR. Ibnu Khuzaimah dalam Shohih-nya dan Ibnu Hibban dalam Shohih-nya. Lihat Shohih At-Targhib (1/451)] Seorang yang meninggalkan sholat, baik itu sholat wajib lima waktu, maupun sholat Jum’at, akan terancam kafir. Sebab jika mudah melanggar dan meninggalkan hak Allah (yakni, sholat), maka ia akan mudah melakukan pelanggaran sebagaimana hal ini terlihat dalam realita. Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam – mengancam orang yang meninggalkan sholat:
ﺍﻟْﻌَﻬْﺪُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺑَﻴْﻨَﻨَﺎ ﻭَﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ ﻓَﻤَﻦْ ﺗَﺮَﻛَﻬَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﻛَﻔَﺮَ
“Perjanjian antara kami dengan mereka (kaum munafik) adalah sholat. Barangsiapa yang meninggalkannya, maka sungguh ia telah kafir”. [HR. At-Tirmidziy (2621), An-Nasa’iy (462), dan Ibnu Majah (1079). Hadits ini di- shohih -kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (no. 574)] Seorang ulama tabi’in, Abdullah bin Syaqiq Al-Uqoiliy –rahimahullah – berkata:
ﻛَﺎﻥَ ﺃَﺻْﺤَﺎﺏُ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻟَﺎ ﻳَﺮَﻭْﻥَ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻣِﻦْ ﺍﻟْﺄَﻋْﻤَﺎﻝِ ﺗَﺮْﻛُﻪُ ﻛُﻔْﺮٌ ﻏَﻴْﺮَ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓِ
“Dahulu para sahabat Muhammad -Shallallahu alaihi wa sallam- tidaklah memandang suatu amalan sebagai kekafiran karena meninggalkannya, selain sholat”. [HR. At-Tirmidziy (no. 2622). Hadits ini di- shohih -kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ats-Tsamr Al-Mustathob (1/52)] Ulama Negeri India, Al-Imam Al-Mubarokfuriy – rahimahullah – berkata, “Bahkan ucapan Abdullah bin Syaqiq ini berdasarkan lahiriahnya, menunjukkan bahwa para sahabat Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- dahulu meyakini bahwa meninggalkan sholat adalah kekafiran. Yang tampak dari konteks ini bahwa pernyataan ini telah disepakati oleh para sahabat”. [Lihat Tuhfah Al-Ahwadziy (7/406)] Ini merupakan ancaman keras bagi orang-orang yang malas menunaikan sholat; ia diancam dengan kekafiran, Na’udzu billah. Di hari kiamat nanti ia akan dikumpulkan bersama para pembesar kekafiran. [Lihat Ats-Tsamr Al-Mustathob (hal. 52-53)] Nabi –Shallallahu alaihi wa sallam – bersabda:
ﻣَﻦْ ﺣَﺎﻓَﻆَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻟَﻪُ ﻧُﻮﺭًﺍ ﻭَﺑُﺮْﻫَﺎﻧًﺎ ﻭَﻧَﺠَﺎﺓً ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻭَﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳُﺤَﺎﻓِﻆْ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﻜُﻦْ ﻟَﻪُ ﻧُﻮﺭٌ ﻭَﻟَﺎ ﺑُﺮْﻫَﺎﻥٌ ﻭَﻟَﺎ ﻧَﺠَﺎﺓٌ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻣَﻊَ ﻗَﺎﺭُﻭﻥَ ﻭَﻓِﺮْﻋَﻮْﻥَ ﻭَﻫَﺎﻣَﺎﻥَ ﻭَﺃُﺑَﻲِّ ﺑْﻦِ ﺧَﻠَﻒٍ
“Barangsiapa yang memelihara sholatnya, niscaya sholatnya akan menjadi cahaya, hujjah, dan keselamatan baginya di hari kiamat. Barangsiapa yang tidak menjaganya, maka ia tak akan memiliki cahaya, hujjah, dan keselamatan. Di hari kiamat kelak akan bersama Qorun, Fir’aun, Haman dan Ubaiy bin Kholaf”. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/169), Ad-Darimiy dalam Sunan -nya (no. 2/301), Ath-Thohawiy dalam Al-Musykil (no. 3180 & 3181), dan Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (no. 1467). Hadits ini di- hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (no. 578)].
Sabtu, 15 Oktober 2016
Rekaman Tabligh AKbar Ustadz Dzulqarnain M. Sunusi
Kamis, 13 Oktober 2016
BERLARI DARI POPULARITAS
Hatimu mungkin akan berbunga-bunga, Saat tiba-tiba di sebuah sudut jalan, Seorang atau beberapa orang menegurmu. Engkau tak mengenal mereka. Tapi –Allah mengujimu-ternyata mereka mengenalmu. “Ustadz, kami biasa mengikuti pengajiannya…” “Wajah Ustadz sering kami lihat di TV dan Youtube…”. Alhamdulillah ‘ala kulli haal. Dakwah tersebar ke penjuru negeri. Sunnah semakin dipahami. Semakin banyak orang senang dengan kebaikan. Tapi… Tapi bagaimana dengan DIRI ini? Bagaimana dengan JIWA ini? Bagaimana NASIB hati yang lemah ini? Hati yang rapuh pada pujian. Hati yang gemeretak pada sanjungan. Duhai Rabbi, Karuniakan keikhlasan tak habis-habisnya pada hamba yang ringkih ini… Yahya bin Ma’in pernah bertutur: “Aku tak pernah melihat seperti Ahmad bin Hanbal. Kami menyertainya selama 50 tahun, namun tak pernah sekalipun Ia membanggakan kesalehan dan kebaikannya kepada kami. Beliau –rahimahullah-biasa mengatakan: ‘Kita ini adalah kaum yang miskin (baca: payah)’.” Para ulama hadits menuturkan: “Kami pernah melihat Imam Ahmad pergi ke Pasar Baghdad untuk membeli seikat kayu bakar. Beliau lalu memanggulnya di atas pundaknya. Tapi ketika orang-orang mengenalinya, Para pemilik dagangan meninggalkan dagangan mereka. Para pemilik kedai meninggalkan kedai mereka. Para pejalan kaki berhenti di jalan-jalan mereka, untuk menyalaminya. Mereka mengatakan: “Biar kami yang membawakan kayu Anda!” Namun beliau menepiskan tangannya. Wajahnya memerah sedih. Lalu air matanya menetes, sembari berucap: ‘Kita ini adalah kaum yang miskin. Andai saja Allah tak menutupi aib ini, maka semuanya akan terbongkar’.” Suatu waktu, seorang pria datang memujinya. Namun Imam Ahmad mengatakan padanya: “Aku bersaksi kepada Allah, Sungguh aku mengecammu atas ucapan itu. Demi Allah, andai engkau tahu dosa dan kesalahanku, engkau akan melumuri kepalaku dengan tanah.” Di kesempatan lain, beliau berucap: “Duhai, andai saja aku tak kenal dengan popularitas. Andai saja aku hidup di salah satu lembah Mekkah, agar tidak ada lagi manusia yang mengenaliku.” (Hilyah al-Auliya’, 9/181) Maka berlarilah dengan hatimu dari kemasyhuran, Meski engkau terpaksa menjadi masyhur. Berlarilah menjauh dari popularitas, Meski engkau terpaksa menjadi sosok yang populis. Berlarilah di sepertiga akhir malam… Berlarilah di khalwat-khalwatmu… Berlarilah sambil menggumamkan istighfar tanpa putus Berlarilah sambil mohon keteguhan jiwa, agar selalu ikhlas dan ikhlas. Ya Allah, ampuni hamba atas segala ketidakikhlasan yang menyelusup dalam jiwa ini
Nasehat Syaikh Ibrahim bin Amir Ar Ruhaily
Berkata Syaikh Ibrahim bin Amir Ar Ruhaily
– semoga Allah Ta’ala menjaga beliau- : Beberapa arahan yang lembut serta
faedah yang banyak yang menurut pendapatku dengan mengamalkannya (kita) akan
mendapatkan pahala yang besar serta kedudukan yang tinggi di sisi Allah Ta’ala.
Aku mengajak saudara-saudaraku untuk mengamalkan dan menjaganya, secara khusus
pada zaman-zaman sekarang ini. Zaman dimana fitnah merajalela, hawa nafsu
memimpin, serta kejahilan yang menyebar di tengah-tengah manusia, kecuali
orang-orang yang mendapatkan rahmat Allah dan petunjuk-Nya.
1. Ketahuilah, saudaraku Ahlus Sunnah,
sesungguhnya jika engkau adalah seseorang yang senantiasa berkomitmen
(berpegang teguh) kepada As Sunnah (Sunnah Rasulullah Shollallahu alaihi
Wasallam) dengan benar , maka tidak akan memberikan mudhorat (kerusakan)
kepadamu tipu daya penduduk bumi ini dan tidak akan mengeluarkanmu dari As
Sunnah tuduhan mereka kepadamu dengan bid’ah. Namun jika engkau di atas
penyimpangan dan kesesatan – Aku memohon perlindungan kepada Allah bagimu dari
perkara tersebut-, maka tidak akan bermanfaat disisi Allah pujian manusia
kepadamu dan penyandaran (penisbahan) dirimu kepada Sunnah serta pengagungan
mereka terhadapmu dengan julukan-julukan (gelar) yang palsu. Sesungguhnya Allah
Maha Tahu akan keadaan (diri)mu apa yang engkau tahu ada pada dirimu sendiri.
Maka berhati-hatilah dari menipu diri sendiri. Dan cukuplah bagimu sebagai
peringatan dari keadaan (seperti) itu wasiat Rasulullah Shollallahu alaihi
wasallam kepada Ibnu Abbas- Semoga Allah meridhoi beliau. (Dalam Hadits yang
diriwayatkan Imam Tirmidzy (no. 2516) dan Imam Ahmad (no. 2669)). Dan hadits
tentang tiga orang yang pertama kali api neraka akan dinyalakan bagi mereka
pada hari kiamat.(Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim (no. 1905)).
2. Ketahuilah, bahwa para ulama Ahlus
Sunnah yang kokoh keilmuannya, mereka tidaklah mencapai apa yang telah mereka
capai dari kedudukan yang tinggi dalam agama serta ketokohan kecuali dengan
kesabaran dan keyakinan ,bersama dengan taufik (hidayah) dari Allah Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Dan Kami jadikan di antara mereka para
pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan
adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.”(QS As Sajadah :24). Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah – rahimahullah Ta’ala- berkata : “Dengan kesabaran dan keyakinan akan
diraih ketokohan dalam Agama.” Dan keyakinan adalah kekuatan dalam ilmu yang
dibangun di atas dalil yang shohih (kuat) dan pemahaman yang selamat . Bukan
(seperti) apa yang diridhoi oleh sebahagian penuntut ilmu untuk dirinya yang
mana mereka mencukupkan bagian mereka dari ilmu dengan taklid kepada seorang
alim atau penuntut ilmu. Dan dengan klaim bahwa kebenaran hanya ada pada mereka
dan bahwa tidak ada seorangpun yang mengetahui tentang sunnah selain mereka.
Dan kesabaran adalah keteguhan dalam menuntut ilmu yang disertai dengan beramal
dengannya dan menyibukkan waktu sepanjang malam dan siang dengan perkara
tersebut . Berbeda dengan sebahagian orang yang lemah semangat (tekadnya) dalam
perkara tersebut lalu ia memilih untuk bersantai dan justru nenyerahkan dirinya
kepada syahwat hawa nafsunya. Tidak ada semangat untuk menuntut ilmu dan tidak
ada pula semangat untuk beramal.
3. Ketahuilah, bahwa pengkafiran,
pembidahan, dan penetapan kefasikan adalah wewenang (hak) Allah. Maka
hati-hatilah dari mengkafirkan atau mebid’ahkan atau memvonis fasik seseorang
yang tidak berhak mendapatkannya. Meskipun ia mengkafirkan engkau,
membid’ahkanmu, atau memvonismu fasik. Karena sesungguhnya ahlussunnah tidak
membalas kezholiman orang-orang yang menyelisihi mereka dengan kezoliman pula.
Hanyalah hal ini merupakan ciri dan sifat ahlul bid’ah. Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullah berkata : “Kelompok sempalan khawarij memvonis kafir
ahlussunnah demikian pula dengan mu’tazilah, mereka mengkafirkan orang yang
menyelisihi mereka. Demikian pula dengan golongan rafidhoh. Dan siapa yang
tidak mereka kafirkan maka mereka memvonisnya dengan kefasikan. Adapun
ahlussunnah maka mereka mengikuti kebenaran yang datang dari Rabb mereka yang
telah dibawa oleh Rasulullah shollahu ‘alaihi wasallam. (Namun) mereka tidak
mengkafirkan orang yang menyelisihi mereka dalam perkara tersebut. Justru
mereka lebih mengetahui tentang kebenaran dan lebih menyayangi seluruh
makhluk”. (Minhajus Sunnah 5/158) 4. Janganlah engkau memboikot saudara-saudaramu
yang memboikotmu jika memboikotnya tidak disyari’atkan. Akan tetapi segeralah
mendahuluinya dengan salam dan bersikap lembut kepadanya, serta hilangkanlah
darinya syubhat (kesamaran) yang karenanya ia memboikotmu. Jika ia berpaling
setelah itu maka janganlah engkau menyakini dengan hatimu pemboikotan
terhadapnya dan jangan sibukkan dirimu untuk menggolong-golongkannya. Engkau
telah lepas (bebas) dari dosa memutuskan silaturrahmi dan dialah yang
mendapatkan hukuman (dosanya).
Selasa, 11 Oktober 2016
ANJURAN UNTUK MENCATAT ILMU DALAM MAJELIS
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
ﻗَﻴِّﺪُﻭﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﺑِﺎﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ
“ Ikatlah ilmu dengan menulisnya”
Bahkan beliau memerintahkan sebagian sahabatnya agar menulis ilmu. Salah satunya adalah Abdullah bin ‘Amru. Beliau bersabda kepadanya:
ﺍﻛْﺘُﺐْ، ﻓَﻮَﺍﻟَّﺬِﻱ ﻧَﻔْﺴِﻲ ﺑِﻴَﺪِﻩِ، ﻣَﺎ ﺧَﺮَﺝَ ﻣِﻨْﻪُ ﺇِﻟَّﺎ ﺣَﻖٌّ
“ Tulislah. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya. Tidaklah keluar darinya melainkan kebenaran. Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata:
ﺍﻟْﻌِﻠْﻢُ ﺻَﻴْﺪٌ ﻭَﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺑَﺔُ ﻗَﻴْﺪُﻩُ ﻗَﻴِّﺪْ ﺻُﻴُﻮْﺩَﻙَ ﺑِﺎﻟْﺤِﺒَﺎﻝِ ﺍﻟْﻮَﺍﺛِﻘَﻪْ
ﻓَﻤِﻦَ ﺍﻟْﺤَﻤَﺎﻗَﺔِ ﺃَﻥْ ﺗَﺼِﻴْﺪَ ﻏَﺰَﺍﻟَﺔً ﻭَﺗَﺘْﺮُﻛَﻬَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺍﻟْﺨَﻼَﺋِﻖِ ﻃَﺎﻟِﻘَﻪْ
"Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya
Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat
Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang
Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja"Sampai-sampai Asy-Sya’bi rahimahullah berkata:
ﺇِﺫَﺍ ﺳَﻤِﻌْﺖَ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻓَﺎﻛْﺘُﺒْﻪُ ﻭَﻟَﻮْ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺤَﺎﺋِﻂِ
“ Apabila engkau mendengar sesuatu ilmu, maka
tulislah meskipun pada dinding"
Kamis, 06 Oktober 2016
Apakah Hukum Syukuran???
Syaikh Al-Fauzan ditanya mengenai apakah hukumnya melakukan syukuran ketika akan pindah rumah dan hal2 apa yg perlu dilakukan ketika akan pindah rumah menurut tuntunan rasulullah ?
Maka beliau menjawab, “Tidak mengapa mengadakan pesta (undangan makan) ketika pindah ke rumah baru, dengan mengundang teman-teman dan karib kerabat, jika dia mengerjakannya semata-mata untuk mengungkapkan kesenangan dan kegembiraannya. Adapun jika acara itu disertai dengan keyakinan bahwa acara itu bisa mencegah kejelekan jin, maka mengerjakan amalan ini tidak boleh, karena itu adalah kesyirikan dan keyakinan yang rusak. Adapun jika dikerjakan karena adat, maka tidak masalah.” [Dinukil dari Al-Muntaqa jilid 5 no. 444].
Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya dengan teks soal sebagai berikut: Telah membudaya di tengah-tengah manusia, bahwa siapa saja yang pindah ke rumah baru atau membeli rumah baru atau dia mendapat pekerjaan atau dia naik jabatan atau yang semisalnya, maka dia mengadakan semacam acara makan-makan. Apa hukum amalan ini? Beliau menjawab, “Ini termasuk dari pesta-pesta yang mubah, maka boleh bagi seseorang untuk mengadakan acara ketika dia pindah ke rumah baru atau ketika dia lulus -misalnya-. Yang jelas, jika pestanya diadakan karena adanya moment tertentu, maka tidak ada masalah.” [Dinukil dari Fatawa Muhimmah li Muwazhzhifil Ummah]
Langganan:
Postingan (Atom)