Berkata Syaikh Ibrahim bin Amir Ar Ruhaily
– semoga Allah Ta’ala menjaga beliau- : Beberapa arahan yang lembut serta
faedah yang banyak yang menurut pendapatku dengan mengamalkannya (kita) akan
mendapatkan pahala yang besar serta kedudukan yang tinggi di sisi Allah Ta’ala.
Aku mengajak saudara-saudaraku untuk mengamalkan dan menjaganya, secara khusus
pada zaman-zaman sekarang ini. Zaman dimana fitnah merajalela, hawa nafsu
memimpin, serta kejahilan yang menyebar di tengah-tengah manusia, kecuali
orang-orang yang mendapatkan rahmat Allah dan petunjuk-Nya.
1. Ketahuilah, saudaraku Ahlus Sunnah,
sesungguhnya jika engkau adalah seseorang yang senantiasa berkomitmen
(berpegang teguh) kepada As Sunnah (Sunnah Rasulullah Shollallahu alaihi
Wasallam) dengan benar , maka tidak akan memberikan mudhorat (kerusakan)
kepadamu tipu daya penduduk bumi ini dan tidak akan mengeluarkanmu dari As
Sunnah tuduhan mereka kepadamu dengan bid’ah. Namun jika engkau di atas
penyimpangan dan kesesatan – Aku memohon perlindungan kepada Allah bagimu dari
perkara tersebut-, maka tidak akan bermanfaat disisi Allah pujian manusia
kepadamu dan penyandaran (penisbahan) dirimu kepada Sunnah serta pengagungan
mereka terhadapmu dengan julukan-julukan (gelar) yang palsu. Sesungguhnya Allah
Maha Tahu akan keadaan (diri)mu apa yang engkau tahu ada pada dirimu sendiri.
Maka berhati-hatilah dari menipu diri sendiri. Dan cukuplah bagimu sebagai
peringatan dari keadaan (seperti) itu wasiat Rasulullah Shollallahu alaihi
wasallam kepada Ibnu Abbas- Semoga Allah meridhoi beliau. (Dalam Hadits yang
diriwayatkan Imam Tirmidzy (no. 2516) dan Imam Ahmad (no. 2669)). Dan hadits
tentang tiga orang yang pertama kali api neraka akan dinyalakan bagi mereka
pada hari kiamat.(Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim (no. 1905)).
2. Ketahuilah, bahwa para ulama Ahlus
Sunnah yang kokoh keilmuannya, mereka tidaklah mencapai apa yang telah mereka
capai dari kedudukan yang tinggi dalam agama serta ketokohan kecuali dengan
kesabaran dan keyakinan ,bersama dengan taufik (hidayah) dari Allah Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Dan Kami jadikan di antara mereka para
pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan
adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.”(QS As Sajadah :24). Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah – rahimahullah Ta’ala- berkata : “Dengan kesabaran dan keyakinan akan
diraih ketokohan dalam Agama.” Dan keyakinan adalah kekuatan dalam ilmu yang
dibangun di atas dalil yang shohih (kuat) dan pemahaman yang selamat . Bukan
(seperti) apa yang diridhoi oleh sebahagian penuntut ilmu untuk dirinya yang
mana mereka mencukupkan bagian mereka dari ilmu dengan taklid kepada seorang
alim atau penuntut ilmu. Dan dengan klaim bahwa kebenaran hanya ada pada mereka
dan bahwa tidak ada seorangpun yang mengetahui tentang sunnah selain mereka.
Dan kesabaran adalah keteguhan dalam menuntut ilmu yang disertai dengan beramal
dengannya dan menyibukkan waktu sepanjang malam dan siang dengan perkara
tersebut . Berbeda dengan sebahagian orang yang lemah semangat (tekadnya) dalam
perkara tersebut lalu ia memilih untuk bersantai dan justru nenyerahkan dirinya
kepada syahwat hawa nafsunya. Tidak ada semangat untuk menuntut ilmu dan tidak
ada pula semangat untuk beramal.
3. Ketahuilah, bahwa pengkafiran,
pembidahan, dan penetapan kefasikan adalah wewenang (hak) Allah. Maka
hati-hatilah dari mengkafirkan atau mebid’ahkan atau memvonis fasik seseorang
yang tidak berhak mendapatkannya. Meskipun ia mengkafirkan engkau,
membid’ahkanmu, atau memvonismu fasik. Karena sesungguhnya ahlussunnah tidak
membalas kezholiman orang-orang yang menyelisihi mereka dengan kezoliman pula.
Hanyalah hal ini merupakan ciri dan sifat ahlul bid’ah. Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullah berkata : “Kelompok sempalan khawarij memvonis kafir
ahlussunnah demikian pula dengan mu’tazilah, mereka mengkafirkan orang yang
menyelisihi mereka. Demikian pula dengan golongan rafidhoh. Dan siapa yang
tidak mereka kafirkan maka mereka memvonisnya dengan kefasikan. Adapun
ahlussunnah maka mereka mengikuti kebenaran yang datang dari Rabb mereka yang
telah dibawa oleh Rasulullah shollahu ‘alaihi wasallam. (Namun) mereka tidak
mengkafirkan orang yang menyelisihi mereka dalam perkara tersebut. Justru
mereka lebih mengetahui tentang kebenaran dan lebih menyayangi seluruh
makhluk”. (Minhajus Sunnah 5/158) 4. Janganlah engkau memboikot saudara-saudaramu
yang memboikotmu jika memboikotnya tidak disyari’atkan. Akan tetapi segeralah
mendahuluinya dengan salam dan bersikap lembut kepadanya, serta hilangkanlah
darinya syubhat (kesamaran) yang karenanya ia memboikotmu. Jika ia berpaling
setelah itu maka janganlah engkau menyakini dengan hatimu pemboikotan
terhadapnya dan jangan sibukkan dirimu untuk menggolong-golongkannya. Engkau
telah lepas (bebas) dari dosa memutuskan silaturrahmi dan dialah yang
mendapatkan hukuman (dosanya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar