Kamis, 13 Oktober 2016

Nasehat Syaikh Ibrahim bin Amir Ar Ruhaily



Berkata Syaikh Ibrahim bin Amir Ar Ruhaily – semoga Allah Ta’ala menjaga beliau- : Beberapa arahan yang lembut serta faedah yang banyak yang menurut pendapatku dengan mengamalkannya (kita) akan mendapatkan pahala yang besar serta kedudukan yang tinggi di sisi Allah Ta’ala. Aku mengajak saudara-saudaraku untuk mengamalkan dan menjaganya, secara khusus pada zaman-zaman sekarang ini. Zaman dimana fitnah merajalela, hawa nafsu memimpin, serta kejahilan yang menyebar di tengah-tengah manusia, kecuali orang-orang yang mendapatkan rahmat Allah dan petunjuk-Nya. 

1. Ketahuilah, saudaraku Ahlus Sunnah, sesungguhnya jika engkau adalah seseorang yang senantiasa berkomitmen (berpegang teguh) kepada As Sunnah (Sunnah Rasulullah Shollallahu alaihi Wasallam) dengan benar , maka tidak akan memberikan mudhorat (kerusakan) kepadamu tipu daya penduduk bumi ini dan tidak akan mengeluarkanmu dari As Sunnah tuduhan mereka kepadamu dengan bid’ah. Namun jika engkau di atas penyimpangan dan kesesatan – Aku memohon perlindungan kepada Allah bagimu dari perkara tersebut-, maka tidak akan bermanfaat disisi Allah pujian manusia kepadamu dan penyandaran (penisbahan) dirimu kepada Sunnah serta pengagungan mereka terhadapmu dengan julukan-julukan (gelar) yang palsu. Sesungguhnya Allah Maha Tahu akan keadaan (diri)mu apa yang engkau tahu ada pada dirimu sendiri. Maka berhati-hatilah dari menipu diri sendiri. Dan cukuplah bagimu sebagai peringatan dari keadaan (seperti) itu wasiat Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam kepada Ibnu Abbas- Semoga Allah meridhoi beliau. (Dalam Hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzy (no. 2516) dan Imam Ahmad (no. 2669)). Dan hadits tentang tiga orang yang pertama kali api neraka akan dinyalakan bagi mereka pada hari kiamat.(Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim (no. 1905)).
2. Ketahuilah, bahwa para ulama Ahlus Sunnah yang kokoh keilmuannya, mereka tidaklah mencapai apa yang telah mereka capai dari kedudukan yang tinggi dalam agama serta ketokohan kecuali dengan kesabaran dan keyakinan ,bersama dengan taufik (hidayah) dari Allah Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Dan Kami jadikan di antara mereka para pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.”(QS As Sajadah :24). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah – rahimahullah Ta’ala- berkata : “Dengan kesabaran dan keyakinan akan diraih ketokohan dalam Agama.” Dan keyakinan adalah kekuatan dalam ilmu yang dibangun di atas dalil yang shohih (kuat) dan pemahaman yang selamat . Bukan (seperti) apa yang diridhoi oleh sebahagian penuntut ilmu untuk dirinya yang mana mereka mencukupkan bagian mereka dari ilmu dengan taklid kepada seorang alim atau penuntut ilmu. Dan dengan klaim bahwa kebenaran hanya ada pada mereka dan bahwa tidak ada seorangpun yang mengetahui tentang sunnah selain mereka. Dan kesabaran adalah keteguhan dalam menuntut ilmu yang disertai dengan beramal dengannya dan menyibukkan waktu sepanjang malam dan siang dengan perkara tersebut . Berbeda dengan sebahagian orang yang lemah semangat (tekadnya) dalam perkara tersebut lalu ia memilih untuk bersantai dan justru nenyerahkan dirinya kepada syahwat hawa nafsunya. Tidak ada semangat untuk menuntut ilmu dan tidak ada pula semangat untuk beramal.
3. Ketahuilah, bahwa pengkafiran, pembidahan, dan penetapan kefasikan adalah wewenang (hak) Allah. Maka hati-hatilah dari mengkafirkan atau mebid’ahkan atau memvonis fasik seseorang yang tidak berhak mendapatkannya. Meskipun ia mengkafirkan engkau, membid’ahkanmu, atau memvonismu fasik. Karena sesungguhnya ahlussunnah tidak membalas kezholiman orang-orang yang menyelisihi mereka dengan kezoliman pula. Hanyalah hal ini merupakan ciri dan sifat ahlul bid’ah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : “Kelompok sempalan khawarij memvonis kafir ahlussunnah demikian pula dengan mu’tazilah, mereka mengkafirkan orang yang menyelisihi mereka. Demikian pula dengan golongan rafidhoh. Dan siapa yang tidak mereka kafirkan maka mereka memvonisnya dengan kefasikan. Adapun ahlussunnah maka mereka mengikuti kebenaran yang datang dari Rabb mereka yang telah dibawa oleh Rasulullah shollahu ‘alaihi wasallam. (Namun) mereka tidak mengkafirkan orang yang menyelisihi mereka dalam perkara tersebut. Justru mereka lebih mengetahui tentang kebenaran dan lebih menyayangi seluruh makhluk”. (Minhajus Sunnah 5/158) 4. Janganlah engkau memboikot saudara-saudaramu yang memboikotmu jika memboikotnya tidak disyari’atkan. Akan tetapi segeralah mendahuluinya dengan salam dan bersikap lembut kepadanya, serta hilangkanlah darinya syubhat (kesamaran) yang karenanya ia memboikotmu. Jika ia berpaling setelah itu maka janganlah engkau menyakini dengan hatimu pemboikotan terhadapnya dan jangan sibukkan dirimu untuk menggolong-golongkannya. Engkau telah lepas (bebas) dari dosa memutuskan silaturrahmi dan dialah yang mendapatkan hukuman (dosanya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar